Q29m3L1bEbNa1DvLKCgrnmUf9Aoon6rxknH75VNa
Bookmark

Tari Seudati: Sejarah, Makna, Pola Lantai, Fungsi, Properti Dan Asalnya

Tari Seudati – Tari Seudati adalah salah satu tarian tradisional yang berasal dari Aceh, Indonesia. Tarian ini memiliki makna dan filosofi yang dalam, yang menggambarkan keberanian dan kesetiaan para pejuang Aceh dalam menghadapi penjajahan Belanda pada abad ke-19.

Tari Seudati biasanya ditarikan oleh sekelompok wanita yang mengenakan pakaian adat Aceh dan diiringi oleh musik yang khas, seperti rebana, serunai, dan gendang.

Selain memiliki nilai sejarah dan keindahan seni yang tinggi, Tari Seudati juga memiliki fungsi sosial dalam kehidupan masyarakat Aceh.

Tarian ini sering ditarikan dalam berbagai acara penting, seperti upacara pernikahan, penyambutan tamu penting, dan juga sebagai sarana untuk menjalin persatuan dan kebersamaan antara masyarakat.

Tari Seudati: Sejarah, Makna, Pola Lantai, Fungsi, Properti & Asal
Tari Seudati
Sumber Gambar : youtube.com/@sanggarbuanaaceh

Dalam artikel ini, kita akan membahas lebih lanjut tentang asal-usul, makna, gerakan, dan keunikan dari Tari Seudati, serta peranannya dalam kehidupan masyarakat Aceh.

Sejarah Dari Tari Seudati

Tari Seudati, menurut sejarahnya, berasal dari Desa Gigieh, Kecamatan Simpang Tiga, Kabupaten Pidie, Aceh pada masa kepemimpinan Syeh Tam. Kemudian, tarian ini menyebar ke daerah lain, termasuk Desa Didoh, Kecamatan Mutiara, Kabupaten Pidie di bawah kepemimpinan Syeh Ali Didoh. Seiring berjalannya waktu, Tari Seudati semakin populer dan menyebar ke seluruh daerah di Aceh.

Tari Seudati awalnya hanya ditarikan oleh para pejuang laki-laki, tetapi kemudian dikembangkan menjadi tarian yang ditarikan oleh para wanita. Para wanita yang terlibat dalam tarian ini juga berperan sebagai penyemangat dan pendorong semangat para pejuang.

Selama masa penjajahan Belanda, tarian ini sempat dilarang dan dianggap sebagai simbol perlawanan terhadap penjajahan. Namun, setelah Indonesia merdeka, Tari Seudati kembali dipopulerkan dan dijadikan sebagai salah satu warisan budaya yang harus dijaga dan dilestarikan.

Hingga saat ini, Tari Seudati masih menjadi salah satu tarian tradisional yang populer di Aceh dan sering ditampilkan dalam berbagai acara budaya, seperti pernikahan, festival, dan upacara adat. Tarian ini juga telah diakui oleh UNESCO sebagai bagian dari Warisan Budaya Takbenda Dunia pada tahun 2011.

Asal Kata Seudati

Ada beberapa pandangan mengenai asal-usul kata Seudati yang digunakan untuk merujuk pada tarian ini. Salah satu pendapat menyatakan bahwa kata Seudati berasal dari bahasa Arab, yang berarti syahadati atau syahadatain. Syahadat adalah pengakuan terhadap keesaan Allah SWT serta pengakuan bahwa Nabi Muhammad SAW adalah rasul atau nabi yang diutus langsung oleh Allah SWT.

Namun, ada juga pandangan lain mengenai asal-usul nama Tari Seudati, yang menyatakan bahwa kata tersebut berasal dari bahasa Aceh itu sendiri. Kata Seudati diyakini berasal dari "seurasi", yang berarti makna yang harmonis dan kompak. Hal ini bisa dikaitkan dengan gerakan dan koreografi dalam tarian.

Asal-usul nama tarian ini juga dapat dikaitkan dengan bahasa tarekat, dimana kata tersebut berasal dari "ya sadati" yang berarti wahai tuan guru. Hal ini bisa dikaitkan dengan sejarah tarian ini yang berasal dari komunitas tarekat yang dipimpin oleh Syekh Tarekat Saman. Pendapat ini diperkuat oleh nama lain untuk tarian Seudati, yaitu Musamman, yang juga berasal dari bahasa Aceh.

Fungsi Dari Tari Seudati

Tidak hanya hiburan, tari seudati memiliki banyak fungsi lainnya. Berikut ini adalah fungsi dari tari seudati bagi masyarakat Aceh:

1. Pembangkit Semangat

Tari Seudati dipercaya dapat membangkitkan semangat dan memperkuat rasa kebersamaan dalam masyarakat Aceh.

Tarian ini memiliki gerakan yang enerjik dan dinamis, serta diiringi dengan musik tradisional yang menggugah semangat.

Oleh karena itu, tarian ini sering ditampilkan dalam berbagai acara, baik itu acara adat, agama, maupun acara kenegaraan, sebagai sarana untuk membangkitkan semangat dan kebersamaan masyarakat Aceh.

2. Memberi Nilai-Nilai Kehidupan

Tari Seudati juga memiliki fungsi untuk memberikan nilai-nilai kehidupan kepada masyarakat Aceh.

Nilai-nilai tersebut diwujudkan dalam gerakan-gerakan tarian, lirik lagu, dan makna yang terkandung dalam tarian ini.

Misalnya, gerakan tangan yang melambangkan sikap rendah hati, gerakan kepala yang menunjukkan rasa hormat, dan gerakan kaki yang melambangkan kerja keras.

Selain itu, lirik lagu yang dibawakan dalam tarian ini juga mengandung pesan-pesan kehidupan yang dapat dijadikan pedoman oleh masyarakat Aceh.

3. Sarana Dakwah Agama Islam

Tari Seudati juga memiliki fungsi sebagai sarana dakwah agama Islam.

Tarian ini memiliki lirik lagu yang berisi ajaran-ajaran agama Islam, seperti syahadat dan pujian kepada Allah SWT.

Pada masa lalu, tarian ini sering digunakan oleh para tokoh agama sebagai media dakwah dalam menyebarkan agama Islam di Aceh.

Meskipun saat ini Tari Seudati telah berkembang menjadi tarian pertunjukan, namun pesan-pesan dakwah yang terkandung dalam lirik lagu tetap dijaga dan diteruskan hingga saat ini.

Komponen Dalam Tari Seudati

Tari Seudati memiliki beberapa komponen yang penting dalam penampilannya. Berikut adalah penjelasan mengenai komponen-komponen dalam Tari Seudati:

1. Penari

Penari adalah komponen utama dalam Tari Seudati. Penari-penari ini terdiri dari sekelompok orang yang menampilkan gerakan-gerakan yang harmonis dan sinkron.

Gerakan-gerakan tersebut meliputi gerakan tangan, kaki, kepala, dan tubuh secara keseluruhan. Penari Seudati juga biasanya terdiri dari laki-laki dan perempuan, dan gerakan yang mereka tampilkan menunjukkan keanggunan serta kesederhanaan.

Tari Seudati melibatkan delapan pemain laki-laki sebagai pemain utama. Di antaranya, terdapat seorang penari pemimpin yang dikenal sebagai syeikh, dan satu orang pembantunya.

Selain itu, ada juga dua orang pembantu di sebelah kiri yang disebut apeet wie, satu orang pembantu di bagian belakang (apeet bak), serta tiga orang pembantu biasa. Selain para pemain utama tersebut, terdapat dua orang penyanyi yang bertugas sebagai pengiring tari, yang dikenal sebagai "aneuk syahi".

2. Tempo serta Irama

Tari tradisional lain biasanya menggunakan alat musik tradisional seperti gamelan untuk mengiringi penari.

Namun, dalam tari Seudati, irama dan tempo musik berasal dari para penari yang menampilkan tarian tersebut. Bunyi dari tepukan dada dan pinggul, hentakan kaki, dan jentikan jari adalah satu-satunya musik yang digunakan.

Selain itu, tarian ini juga diiringi oleh nyanyian dari dua penari yang dipilih, sesuai dengan gerakan yang dilakukan.

Gerakan dalam tarian Seudati sangat dinamis dan penuh semangat, meskipun ada beberapa gerakan yang terlihat agak kaku untuk menunjukkan kesan perkasa dan gagah para penari.

Tepukan dada dan perut juga menjadi gerakan yang memberikan kesan kesombongan dan sifat ksatria para penari laki-laki Aceh.

3. Busana Penari

Para penari Seudati mengenakan busana yang terdiri dari celana panjang dan kaos oblong panjang ketat dengan warna putih.

Selain itu, mereka juga memakai kain songket yang dililitkan sebatas paha dan pinggang.

Di pinggang, terdapat rencong yang disematkan, ikat kepala berwarna merah yang disebut tangkulok, dan sapu tangan berwarna.

Gerakan Penari Tari Seudati

Gerakan tari Seudati memiliki ciri khas yang ditandai dengan semangat, heroisme, kegembiraan, kekompakan, dan kebersamaan.

Gerakan ini tercermin dari tubuh penari saat menari, seperti meloncat, melangkah, memukul dada (dhiet), memetik jari, dan hentakan kaki yang dilakukan secara serentak. Gerakan-gerakan tersebut merupakan gerakan utama dalam tari Seudati.

Terdapat dua cara dalam melakukan gerakan dasar tari ini. Pertama, gerakan dimulai oleh pemimpin tari dan diikuti oleh semua penari. Kedua, melakukan gerakan sebaliknya.

Tari ini terdiri dari beberapa gerakan seperti Nyap, Langkah, Rheng, Asek agai Lingiem, Keutheet atau Nyet, Dhiet, Ketrep Jaroe, dan terakhir adalah gerak Geddham Kaki.

Pola Lantai Tari Seudati

Dalam tarian Seudati, setiap gerakan dilakukan dalam beberapa babak yang memiliki karakteristiknya sendiri, seperti babak glong, saleum, likok, saman, kisah, cahi panyang, lanie, dan babak penutup.

Selain itu, pola lantai pada tarian ini juga meliputi putoh taloe, lidang jang, langleng, bintang buleun, tampong, binteh, dapu, tulak angen, dan kapai teureubang.

Perkembangan Tari Seudati Saat ini

Hingga saat ini, Tari Seudati terus mengalami perkembangan dan dilestarikan. Terdapat variasi gerakan yang berbeda pada setiap pertunjukannya untuk membuatnya lebih menarik dan baru, namun tetap mempertahankan keaslian dan ciri khasnya.

Tarian Seudati sering ditampilkan dalam acara adat, perayaan, dan kegiatan budaya lainnya. Selain sebagai tarian pertunjukan, tarian ini juga sering dilombakan antar tim, yang membuat masyarakat semakin antusias untuk menikmatinya.

Meskipun belum diakui sebagai Warisan Budaya seperti Tari Saman, tarian ini patut dipertahankan oleh generasi muda. Warisan budaya yang tak ternilai ini harus dijaga, dipelihara, dan dikembangkan demi kemajuan bangsa.

Keunikan Tari Seudati, Tari Khas Aceh yang Legendaris

1. Variasi Peran Penari

Keunikan dari tari Seudati yang pertama adalah peran yang dimainkan oleh para penarinya. Dalam tari ini, para penari tidak hanya menari secara sembarangan, melainkan memainkan peran yang sesuai dengan pesan moral yang ingin disampaikan melalui gerakan mereka.

Selain hanya mengikuti arahan dan ketentuan, penari juga harus memastikan bahwa makna yang disampaikan melalui gerakan mereka dapat diterima oleh penonton.

Jika terdapat 8 orang penari, maka peran akan dibagi menjadi beberapa, seperti sebagai Syekh (pemimpin), Apeet atau wakil Syekh (pembantu pemimpin), Apeet Bak (anggota ahli), Apeet Wie (dua orang), serta tiga orang yang berperan sebagai pembantu biasa (Apeet Unuen, Apeet Wie Abeh, dan Apeet Eneun).

Apabila ada 10 orang penari, maka dua orang tambahan akan berperan sebagai Aneuk Syahi (penyair).

2. Jumlah Penari

Tari Seudati memiliki keunikan dalam jumlah penarinya, minimal harus terdiri dari 8 orang, karena setiap penari memiliki peran yang telah ditentukan sebelumnya.

Aturan ini diyakini telah ada sejak awal terciptanya tarian tersebut.

Jika jumlah penari kurang dari 8 orang, maka akan ada peran yang kosong sehingga pesan moral tidak dapat disampaikan dengan maksimal kepada penonton.

Namun, jika jumlah penari lebih dari 8, tidak akan menjadi masalah karena penari tambahan dapat berperan sebagai penyair untuk mempermudah penyampaian pesan.

3. Tidak Diiringi Lagu atau Musik

Tari Seudati, seperti tari daerah lainnya dari Pulau Sumatera, seperti Tari Saman, tidak menggunakan musik atau lagu sebagai pengiring gerakan.

Alih-alih itu, syair yang dibacakan selama pertunjukan menjadi pengiring gerakan tari Seudati. Syair ini merupakan inti dari pertunjukan tari ini.

Peran Aneuk Syahi sangat penting dalam tari Seudati, karena mereka tidak hanya membaca syair, tetapi juga harus mengikuti tepukan dada dan hentakan kaki para penari sehingga tercipta harmonisasi yang merdu dan menarik bagi penonton.

4. Kostum atau Busana Penari

Kostum yang digunakan oleh penari juga merupakan keunikan tari Seudati lainnya. Semua penari harus mengenakan kostum berwarna putih, baik baju maupun celana, karena warna putih diartikan sebagai simbol kesucian.

Namun, untuk ikat kepala harus berwarna merah, yang melambangkan keberanian. Pilihan warna merah ini sejalan dengan semangat perjuangan rakyat Aceh pada masa penjajahan yang berani melawan kekejaman.

5. Gerakan

Gerakan yang unik dari tari Seudati terletak pada gerakan penari yang agresif dan kompak, menandakan tingginya konsentrasi.

Mereka juga perlu menyelaraskan gerakan antara satu dengan yang lain untuk terlihat lebih harmonis.

Gerakan agresif bermakna bahwa manusia harus berani mengambil keputusan untuk hidup yang lebih baik, sementara kekompakan bermakna bahwa setiap manusia harus kompak dalam kebaikan.

Pada awalnya, gerakan penari dilakukan dengan tempo lambat, tetapi semakin cepat seiring waktu. Selain itu, dalam tari Seudati terdapat gerakan tepuk dada yang memiliki makna kesombongan. Tepuk dada ini mengingatkan penonton bahwa kesombongan masih ada pada diri manusia.

Pada masa lalu, kesombongan menjadi penyemangat untuk mengusir para penjajah, tetapi pada masa sekarang kesombongan harus dihindari karena tidak menguntungkan bagi diri sendiri maupun orang lain.

6. Media Dakwah

Tari Seudati diperkenalkan ke masyarakat Aceh bersamaan dengan masuknya agama Islam ke wilayah tersebut.

Para ulama dan tokoh agama pada masa itu menggunakan tari Seudati sebagai sarana dakwah.

Syair yang dibacakan selama pertunjukan mengandung nilai-nilai agama yang bertujuan untuk mengingatkan para penonton tentang pentingnya menjalani hidup yang selaras dengan ajaran agama.

Penutup

Tari Seudati merupakan salah satu tarian tradisional Aceh yang mempunyai keunikan tersendiri. Tari ini tidak hanya menjadi bagian dari kebudayaan Aceh, tetapi juga memiliki nilai-nilai agama yang terkandung di dalamnya.

Dari kostum hingga gerakan yang khas, semua memiliki makna yang dalam dan dapat dijadikan sebagai penyemangat untuk kehidupan sehari-hari.

Melalui syair yang dibacakan dan gerakan yang agresif dan kompak, pesan moral yang terkandung dalam tari Seudati dapat disampaikan dengan maksimal kepada masyarakat atau penonton. Sebagai warisan budaya yang harus dilestarikan, tari Seudati tetap eksis dan terus dipertunjukkan hingga saat ini.

Posting Komentar

Posting Komentar