Q29m3L1bEbNa1DvLKCgrnmUf9Aoon6rxknH75VNa
Bookmark

Tari Piring: Asal, Sejarah, Fungsi, Keunikan, Ragam dan Makna dari Gerakannya

Tari Piring – Provinsi Sumatra Barat terkenal tidak hanya dengan rumah Gadang sebagai ciri khasnya, tetapi juga dengan beragam kuliner yang memiliki cita rasa nikmat dan lezat. Provinsi ini juga memiliki tingkat kebudayaan yang tinggi.

Salah satu peninggalan kebudayaan di Sumatra Barat adalah Tari Piring, sebuah tarian tradisional yang berasal dari kota Solok di tanah Minangkabau, provinsi Sumatra Barat. Tarian ini sering disebut sebagai Tari Piring dalam bahasa Minangkabau.

Hingga saat ini, Tari Piring sangat diminati oleh masyarakat Indonesia dan turis mancanegara karena keunikannya.

Keunikan dan keindahan Tari Piring telah membuatnya dikenal di seluruh dunia dan membantu mempromosikan nama Indonesia di kancah internasional.

Tari Piring: Asal, Sejarah, Fungsi, Keunikan, Ragam dan Makna dari Gerakannya
Sumber gambar : gramedia.com

Tarian ini berbeda dari tarian lainnya karena menggunakan piring sebagai alat utamanya.

Asal & Sejarah Tari Piring

Tari Piring berasal dari tanah Minangkabau, tepatnya dari kota Solok, provinsi Sumatra Barat, Indonesia. Tarian ini merupakan salah satu tarian tradisional yang paling terkenal di Indonesia dan sering kali dianggap sebagai simbol budaya Minangkabau.

Tari Piring konon memiliki sejarah yang sangat tua, bahkan ada yang menyebutkan bahwa tarian ini sudah ada sejak ribuan tahun yang lalu. Menurut cerita yang beredar di masyarakat, Tari Piring pertama kali ditarikan oleh para petani untuk merayakan hasil panen yang melimpah.

Ada beberapa versi cerita mengenai asal-usul Tari Piring. Menurut satu cerita, tarian ini berasal dari legenda seorang raja Minangkabau yang ingin menguji keberanian pasukannya dengan memerintahkan mereka menari sambil membawa piring yang diisi dengan berlian dan permata yang berharga. Pasukan yang berhasil menari tanpa menjatuhkan piring dianggap sebagai pasukan yang paling berani dan tangguh.

Di lain cerita, Tari Piring berasal dari upacara adat yang dilakukan oleh suku Minangkabau yang dikenal sebagai "maanta pia". Upacara ini dilakukan oleh kaum pria untuk menunjukkan keberanian dan kemampuan mereka dalam melindungi dan mempertahankan komunitas mereka.

Dalam perkembangannya, Tari Piring tidak hanya menjadi tarian adat Minangkabau, tetapi juga menjadi bagian dari acara-acara perayaan dan hiburan di Indonesia. Tarian ini menjadi sangat populer dan sering ditampilkan dalam berbagai acara seperti pesta pernikahan, festival budaya, dan acara-acara penting lainnya.

Seiring dengan perkembangan zaman, Tari Piring mengalami beberapa perubahan baik dalam gerakan maupun musik pengiringnya. Namun, esensi dan makna dari tarian ini tetap dipertahankan sebagai sebuah simbol keberanian, keindahan, dan kekayaan budaya Minangkabau.

Fungsi Tari Piring

Tarian ini umumnya dipertunjukkan dalam upacara adat, seperti upacara pernikahan, khitanan, dan pengangkatan penghulu.

Selain itu, tarian ini juga dipertunjukkan ketika masyarakat sedang merayakan hasil panen yang melimpah. Pada masa lalu, hanya orang yang mampu yang bisa mempertunjukkan tarian ini.

Namun, seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju, tarian ini tidak hanya dipertunjukkan pada upacara adat.

Saat ini, tarian ini sering dipertunjukkan pada perayaan hari besar nasional, seperti Hari Kemerdekaan Republik Indonesia. Selain itu, tarian ini juga sering dipertunjukkan pada festival dan saat menyambut tamu-tamu terhormat.

Makna Gerakan Tari Piring

Gerakan dalam tari piring memiliki makna yang dalam dan bermakna filosofis yang tercermin dari gerakan-gerakan yang dilakukan oleh penari. Salah satu makna yang terdapat dalam gerakan tari piring adalah rasa syukur kepada Tuhan atas keberlimpahan hasil panen dan kehidupan yang diberikan.

Gerakan dalam tari piring menggambarkan kegiatan sehari-hari masyarakat petani dalam menanam dan memanen padi, mulai dari persiapan lahan hingga panen. Gerakan-gerakan seperti gerakan mencangkul, gerakan menyiang, gerakan membuang sampah, gerakan memagar, gerakan menyemai, dan gerakan mencabut benih menggambarkan proses menanam padi. Sedangkan gerakan mengambil padi, gerakan menyambit padi, gerakan manggampo padi, gerakan menumbuk padi, gerakan menampih padi, dan gerakan bertanam menggambarkan proses panen dan pengolahan padi.

Selain itu, gerakan tari piring juga memiliki makna kebersamaan dan kerja sama antara masyarakat petani dalam proses menanam dan memanen padi. Hal ini tercermin dari gerakan gotong royong yang dilakukan oleh para penari.

Gerakan-gerakan dalam tari piring juga melambangkan keindahan dan kelembutan alam serta kehidupan yang harmonis dengan alam. Hal ini tercermin dari gerakan-gerakan yang lembut dan meliuk-liuk seperti gerakan singanjuo lalai yang menggambarkan gerakan burung yang mengepakkan sayap dan gerakan melepas lelah yang menggambarkan gerakan tubuh yang santai dan melepas penat setelah bekerja.

Dengan makna-makna filosofis yang terkandung dalam gerakan tari piring, maka tarian ini menjadi sarana untuk melestarikan dan memperkenalkan kekayaan budaya Indonesia kepada generasi muda dan juga sebagai upaya menjaga keberagaman budaya di Indonesia.

Keunikan Tari Piring

Tari Piring: Asal, Sejarah, Fungsi, Keunikan, Ragam dan Makna dari Gerakannya
Sumber gambar : rimbakita.com

Meskipun teknologi semakin berkembang pesat, tarian tradisional ini masih tetap eksis hingga saat ini.

Tarian ini sering dipertunjukkan dan gerakan-gerakannya yang unik mampu memukau para penonton.

Beberapa keunikan dari tarian ini antara lain:

1. Piring Sebagai Media Utamanya

Pada tarian ini, piring digunakan sebagai alat utama dalam menari.

Penggunaan piring membuat tarian ini berbeda dengan tarian-tarian lainnya.

Selain itu, piring yang digunakan pada tarian ini memiliki makna sejarah yang unik.

2. Gerakan Tari Yang Unik

Pada tarian ini, piring ditempatkan di kedua telapak tangan dan digenggam.

Kemudian, piring tersebut digerakkan dengan cara diputar dan diayunkan mengikuti irama musik.

Keunikan dari tarian ini adalah, meskipun piring diayunkan dengan cepat, namun piring tidak akan jatuh dari tangan penari.

3. Di Iringi Oleh Banyak Alat Musik

Dalam tarian ini, terdapat pengiringan musik yang terdiri dari berbagai alat musik seperti Rebana, Gong, Saluang, Talempong, dan lain-lain.

Tarian ini diiringi oleh musik tradisional, biasanya menggunakan lagu Takhian Sai Tiusung dan Takhi Pinghing Khua Belas.

Selain gerakan yang unik, pengiringan musik pada tarian ini juga memiliki keunikan, karena memadukan beberapa alat musik.

4. Dentingan Cincin

Pada tarian ini, terdapat suara dentingan yang dihasilkan dari piring dan cincin.

Suara dentingan dari piring dan cincin ini menambah keunikan tarian ini.

Suara dentingan ini dapat menyatu dengan musik pengiring tarian ini.

5. Menari Di Atas Pecahan Piring

Keunikan yang satu ini tidak dapat ditemukan pada pertunjukan tari lainnya.

Pada akhir pertunjukan, penari akan melemparkan piringnya ke lantai, dan kemudian menari di atas pecahan piring tersebut.

Ragam Gerak Tari Piring

Dalam tarian ini, penari menggunakan dua buah piring yang diletakkan di atas telapak tangan. Piring kemudian diayun-ayunkan mengikuti irama musik.

Tarian ini memiliki beberapa jenis gerakan, antara lain gerak pasambahan, gerak singanjuo lalai, gerak mencangkul, gerak menyiang, gerak membuang sampah, gerak memagar, gerak menyemai, gerak mencabut benih, gerak bertanam, dan gerak melepas lelah.

Selain itu, terdapat juga gerakan lain seperti gerak mengantar juadah, gerak mengambil padi, gerak menyambit padi, gerak manggampo padi, gerak menganginkan padi, gerak mengikir padi, gerak membawa padi, gerak menumbuk padi, gerak gotong royong, gerak menampih padi, dan gerak menginjak pecahan kaca.

Busana Tari Piring

Berbeda dengan tarian modern, tarian tradisional ini memiliki busana khas yang juga menjadi bagian penting dalam keseluruhan pertunjukan.

Pada tarian Piring, busana yang digunakan terdiri dari dua jenis, yaitu busana penari pria dan busana penari wanita.

Meskipun berbeda jenis kelamin, busana yang dipakai tetap seragam sehingga terlihat kompak dan serasi.

1. Busana Untuk Penari Pria

Tarian ini memiliki perbedaan kostum antara penari pria dan penari wanita, namun tetap mengenakan busana tradisional Sumatra Barat untuk menciptakan kesan kesatuan.

Kostum penari pria, yang disebut Rang Mudo, memiliki lengan panjang dan dihiasi dengan renda emas yang disebut missia.

Penari pria juga mengenakan celana saran gelombang yang berukuran besar dengan warna yang sama dengan baju atasnya.

Sisampek dan cawek pinggang, seperti kain songket yang dililitkan di pinggang dengan panjang sepanjang lutut, juga dikenakan dengan rumbai-rumbai di ujungnya.

Selain itu, penari pria juga menggunakan destar atau deta sebagai penutup kepala yang terbuat dari kain songket berbentuk segitiga dan diikatkan di kepala.

2. Busana Untuk Penari Wanita

Saat tampil di atas panggung, penari wanita mengenakan baju kurung yang terbuat dari kain satin dan beludru.

Selain itu, penari wanita juga mengenakan selendang dari kain songket sebagai hiasan, yang diletakkan pada bagian kiri badannya.

Penutup kepala yang dikenakan oleh penari wanita terbuat dari kain songket dengan bentuk menyerupai tanduk, yang disebut tikuluak tanduk balapak.

Selain itu, penari wanita selalu memakai kalung rambai, kalung gadang, dan subang atau anting-anting sebagai hiasan.

Properti yang digunakan pada Tari Piring

Properti utama yang menarik dari tari piring adalah piringnya, namun ada beberapa properti lain yang membuat tari piring semakin menarik perhatian banyak orang.

Berikut adalah beberapa properti yang terdapat pada tari piring.

1. Piring

Properti utama dari tarian ini, sesuai dengan namanya, adalah piring.

Piring-piring tersebut ditempatkan di atas telapak tangan penari, yang masing-masing membawa dua piring di tangan kanan dan kiri.

2. Alat Musik

Musik selalu menjadi bagian penting dari setiap tarian.

Dalam tarian ini, alat musik yang digunakan adalah gendang yang disertai dengan alat musik lain seperti saluang dan talempong.

Kedua alat musik tersebut terbuat dari logam.

3. Damar

Salah satu properti lain dari tari piring adalah damar.

Damar tersebut memiliki lubang yang memungkinkan ujung jari tengah dari tangan kanan dan kiri dimasukkan ke dalamnya.

Saat menari, damar dipukul-pukulkan ke piring sesuai dengan irama musik untuk menambah kesan meriah dalam tari piring.

4. Kostum

Properti terakhir yang tak kalah penting adalah kostum.

Pada zaman dahulu, kostum tari piring seperti kostum dalam seni bela diri pencak silat, dengan celana hitam sebagai bagian dari kostumnya.

Namun, untuk menambah kesan meriah, saat ini kostum tari piring hadir dalam beragam warna.

Kostum khusus tersebut dikenal dengan sebutan baju kurung, terbuat dari bahan beludru atau satin dengan motif bunga.

Selain itu, tari piring juga menggunakan kain kodek yang serupa dengan sarung.

Penutup Tari Piring

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa Tari Piring berasal dari daerah Minangkabau Kota Solok, provinsi Sumatra Barat.

Media utama dalam tarian ini adalah piring dan terdapat 21 ragam gerakan yang dilakukan oleh penari pria dan wanita dengan busana tradisional yang berbeda.

Musik pengiring tarian ini terdiri dari beberapa alat musik tradisional. Sebagai warga Indonesia, sudah seharusnya kita melestarikan budaya asli Indonesia, terutama tarian ini.

Jika kebudayaan asli Indonesia tidak dilestarikan, maka kebudayaan dari luar akan semakin mudah masuk dan merusak kebudayaan Indonesia.

Posting Komentar

Posting Komentar