Tari Pakarena adalah salah satu tarian tradisional yang berasal dari Sulawesi Selatan. Tarian ini memiliki keunikan tersendiri dengan gerakan yang dinamis, ritmis, dan penuh dengan makna simbolis.
Tari Pakarena biasanya ditarikan dalam rangkaian upacara adat seperti pernikahan, khitanan, dan acara-acara penting lainnya.
Tarian ini juga sering ditampilkan dalam event pariwisata untuk mempromosikan kebudayaan Indonesia kepada dunia internasional.
Dalam artikel ini, akan dibahas secara lengkap mengenai asal-usul, makna, serta tata cara penampilan dari Tari Pakarena.
Asal-Usul Tari Pakarena
Tari Pakarena berasal dari Sulawesi Selatan, tepatnya dari suku Bugis-Makassar. Tarian ini memiliki sejarah yang panjang dan erat kaitannya dengan kehidupan sosial masyarakat suku Bugis-Makassar.
Menurut legenda, Tari Pakarena pertama kali ditarikan oleh Ratu We Tenri Unding di Kerajaan Gowa pada abad ke-16 sebagai simbol kegembiraan dan kebersamaan dalam perayaan pernikahan.
Dalam perkembangannya, tarian ini semakin populer dan banyak ditampilkan dalam berbagai acara adat dan kegiatan sosial lainnya.
Tari Pakarena memiliki makna yang mendalam dan kaya akan simbolisme. Gerakan-gerakan dalam tarian ini melambangkan kebersamaan, keharmonisan, dan keserasian antara manusia dengan alam sekitarnya.
Tarian ini juga menggambarkan kegembiraan dan syukur atas hasil panen yang melimpah, serta rasa syukur dan cinta kepada Tuhan yang Maha Esa.
Hingga saat ini, Tari Pakarena masih menjadi salah satu tarian tradisional yang sangat terkenal dan menjadi bagian penting dari kebudayaan Sulawesi Selatan. Tarian ini terus dilestarikan dan diajarkan kepada generasi muda sebagai warisan budaya yang harus dijaga dan dilestarikan.
Makna Tari Pakarena
Tari Pakarena adalah tarian tradisional yang berasal dari Sulawesi Selatan, Indonesia.
Tarian ini biasanya dipertunjukkan pada acara perayaan adat, seperti pernikahan atau acara penting lainnya.
Makna dari Tari Pakarena antara lain:
1. Simbol Keindahan
Tari Pakarena memperlihatkan keindahan dari gerakan dan kostum yang digunakan dalam tarian. Gerakan yang lemah gemulai, indah dan elegan, memperlihatkan kecantikan dan kelembutan perempuan.
2. Simbol Kekuatan
Meskipun gerakan Tari Pakarena tampak lemah gemulai, tarian ini sebenarnya melambangkan kekuatan dalam kelembutan. Gerakan yang dianggap lembut dan gemulai pada kenyataannya melambangkan kekuatan dan kegigihan perempuan dalam menghadapi kesulitan hidup.
3. Simbol Persatuan
Tari Pakarena juga melambangkan persatuan dan kebersamaan antaranggota masyarakat. Tarian ini biasanya dipertunjukkan dalam kelompok, dan gerakan yang teratur dan terkoordinasi menunjukkan harmoni dan kekompakan dalam bermasyarakat.
4. Simbol Kebudayaan
Tari Pakarena adalah bagian dari kebudayaan Sulawesi Selatan dan memperlihatkan warisan budaya dari masyarakat setempat. Melalui Tari Pakarena, kebudayaan dan tradisi Sulawesi Selatan diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
5. Simbol Spiritualitas
Tari Pakarena juga memiliki makna spiritualitas dalam kepercayaan masyarakat Sulawesi Selatan. Tarian ini sering dipertunjukkan dalam rangkaian upacara adat yang melibatkan ritual keagamaan.
Filosofi Tari Pakarena
Tari Pakarena memiliki filosofi yang dalam dan kaya akan simbolisme. Gerakan-gerakan dalam tarian ini melambangkan kebersamaan, keharmonisan, dan keserasian antara manusia dengan alam sekitarnya.
Dalam tarian ini, gerakan yang dinamis dan ritmis diiringi dengan iringan musik tradisional yang menghasilkan irama yang memukau dan memikat penonton.
Selain itu, Tari Pakarena juga mengandung makna syukur dan rasa cinta kepada Tuhan yang Maha Esa, serta rasa kebersamaan dan persatuan antara masyarakat.
Hal ini tercermin dalam gerakan-gerakan tarian yang melambangkan kebersamaan dalam beraktivitas, seperti gerakan yang menggambarkan menanam padi dan berladang, serta gerakan yang menunjukkan keharmonisan antara manusia dengan alam.
Tari Pakarena juga memiliki makna sebagai sarana untuk mempererat tali persaudaraan antar anggota masyarakat. Dalam tarian ini, setiap penari saling berhubungan dan bergerak bersama-sama, menciptakan kesatuan yang harmonis dan memperkuat ikatan sosial dalam masyarakat.
Filosofi dari Tari Pakarena memberikan nilai-nilai positif bagi kehidupan manusia, seperti kebersamaan, keharmonisan, dan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Fungsi Tari Kipas Pakarena
Tari kipas Pakarena memiliki fungsi tertentu pada setiap pertunjukannya, sama seperti tarian daerah lainnya. Berikut beberapa fungsi Tari Kipas Pakarena, antara lain:
1. Tari Ritual
Tari Kipas Pakarena memiliki fungsi sebagai tari ritual dalam acara-acara adat suku Bugis-Makassar, seperti dalam upacara pernikahan, pemberian gelar adat, atau upacara kematian.
Tari ini dipercayai memiliki kekuatan spiritual yang dapat membawa keberuntungan dan keselamatan bagi masyarakat.
2. Tari Pengiring Raja
Tari Kipas Pakarena juga memiliki fungsi sebagai tari pengiring raja pada masa lalu.
Penari-penari ini memainkan peran penting dalam acara kerajaan dan mengiringi raja dan keluarganya dalam prosesi kerajaan.
3. Sarana Dakwah
Tari Kipas Pakarena juga digunakan sebagai sarana dakwah, khususnya dalam upaya menyebarkan ajaran Islam di Sulawesi Selatan pada masa lampau.
Dalam pementasan tari ini, penari menggunakan gerakan-gerakan yang menggambarkan kehidupan sehari-hari dan nilai-nilai moral dalam agama Islam.
4. Wujud Syukur
Tari Kipas Pakarena juga dapat dijadikan wujud syukur atau rasa terima kasih atas anugerah yang diberikan oleh Tuhan.
Dalam upacara-upacara adat tertentu, masyarakat Bugis-Makassar mengadakan pementasan tari ini sebagai wujud syukur atas hasil panen yang melimpah, kesembuhan dari penyakit, atau keberhasilan dalam perang.
5. Sarana Hiburan
Selain itu, Tari Kipas Pakarena juga berfungsi sebagai sarana hiburan atau tontonan bagi masyarakat.
Pada acara-acara tertentu seperti festival atau perayaan, tari ini sering dipertunjukkan sebagai hiburan bagi pengunjung dan sebagai upaya memperkenalkan budaya Sulawesi Selatan kepada masyarakat luas.
Gerakan Tari Kipas Pakarena
Gerakan Tari Kipas Pakarena terdiri dari dua hal utama, yaitu gerakan tangan dan gerakan kaki.
1. Gerakan tangan
Gerakan tangan dalam Tari Kipas Pakarena sangatlah penting dan menjadi ciri khas dari tarian ini.
Para penari memegang kipas dan menggunakannya untuk memperlihatkan gerakan yang halus dan elegan.
Gerakan tangan pada Tari Kipas Pakarena dapat diartikan sebagai gerakan yang mengekspresikan keanggunan dan kelembutan dari seorang wanita.
2. Gerakan kaki
Gerakan kaki pada Tari Kipas Pakarena juga tidak kalah penting.
Gerakan kaki yang lembut dan gemulai, sesuai dengan aturan gerak tari yang unik dari Tari Pakarena, menambah keseluruhan kesan elegan dan indah dari tarian ini.
Gerakan kaki pada Tari Kipas Pakarena biasanya dilakukan dengan langkah kecil dan lambat, sesuai dengan tempo musik yang sedang dimainkan.
Properti Tari Kipas Pakarena
Tari Kipas Pakarena menggunakan beberapa properti yang penting untuk menunjang keseluruhan penampilan tarian.
Berikut adalah penjelasan mengenai properti Tari Kipas Pakarena:
1. Baju Bodo (berwarna merah dan hijau)
Baju Bodo adalah pakaian tradisional Sulawesi Selatan yang digunakan oleh para penari dalam Tari Kipas Pakarena.
Pakaian ini terdiri dari kain yang dililitkan pada bagian atas tubuh seperti layaknya baju, dan bagian bawah berupa kain melilit yang dikenakan di pinggang. Baju Bodo memiliki dua jenis warna utama yaitu hijau dan merah.
Baju Bodo yang berwarna merah hanya boleh dikenakan oleh kaum bangsawan, sedangkan masyarakat biasa menggunakan baju Bodo berwarna hijau.
2. Sarung atau Top
Selain Baju Bodo, penari Tari Kipas Pakarena juga menggunakan sarung atau top sebagai bawahan. Sarung atau top tersebut biasanya memiliki warna yang senada dengan Baju Bodo yang dikenakan.
3. Selendang
Selendang digunakan oleh para penari Tari Kipas Pakarena sebagai aksesoris yang dipakai pada bagian bahu dan dibiarkan menggantung ke bawah. Selendang ini biasanya berwarna senada dengan Baju Bodo yang dikenakan oleh para penari.
4. Kipas
Kipas adalah properti yang paling khas dalam Tari Kipas Pakarena. Penari menggunakan kipas sebagai alat bantu dalam mengekspresikan gerakan tari. Kipas ini berbentuk seperti kipas lipat dan biasanya terbuat dari bahan kayu atau plastik dengan hiasan yang cantik pada bagian sisi kipas.
Dalam penampilan Tari Kipas Pakarena, penggunaan properti seperti Baju Bodo, sarung atau top, selendang, dan kipas sangat penting untuk memperkuat nuansa tradisional dan keindahan gerakan tari. Properti tersebut juga memberikan nilai estetika dan keindahan visual pada penampilan Tari Kipas Pakarena.
Perkembangan Tari Kipas Pakarena
Tari Kipas Pakarena telah berkembang pesat dari masa ke masa. Dulu, tarian ini hanya dilakukan oleh kaum bangsawan di Kerajaan Gowa sebagai bentuk penghormatan pada para putri raja yang turun ke bumi untuk memberikan ajaran kepada kaum wanita. Namun seiring perkembangan waktu, tarian ini semakin populer dan menjadi bagian dari budaya masyarakat Bugis-Makassar secara umum.
Pada masa kolonial Belanda, tarian ini sempat mengalami penindasan dan dilarang untuk dilakukan. Namun, setelah Indonesia merdeka, tarian ini kembali dihidupkan dan diangkat sebagai bagian dari seni dan budaya Indonesia.
Dalam perkembangannya, Tari Kipas Pakarena juga mengalami berbagai variasi gerakan dan kostum yang disesuaikan dengan zaman dan perkembangan budaya. Beberapa komunitas tari juga membuat koreografi baru untuk Tari Kipas Pakarena dengan sentuhan modern tanpa menghilangkan ciri khas dan nilai-nilai budaya yang terkandung di dalamnya.
Saat ini, Tari Kipas Pakarena masih sering ditampilkan dalam berbagai acara budaya di Sulawesi Selatan maupun di berbagai acara nasional dan internasional. Tarian ini menjadi simbol keindahan dan kearifan lokal yang patut dijaga dan dilestarikan.
Keunikan Tari Pakarena
Tari Pakarena adalah tarian tradisional dari Sulawesi Selatan, Indonesia yang memiliki banyak keunikan. Berikut adalah penjelasan mengenai setiap keunikan Tari Pakarena:
1. Bertema Wanita-Sentris
Tari Pakarena memiliki tema yang sangat khas yaitu wanita-sentris. Tarian ini menekankan pada kecantikan, keanggunan, dan kelembutan wanita. Gerakan tariannya pun menggambarkan karakteristik dari seorang wanita yang elegan dan penuh keanggunan.
Tarian Pakarena memiliki tema yang berbeda dengan tarian khas lainnya, yaitu bertemakan wanita-sentris sehingga hanya boleh ditampilkan oleh para penari wanita.
Tema ini sesuai dengan mitos asal-usul tarian, yang mengisahkan turunnya putri-putri kahyangan ke bumi untuk memberikan pengajaran kepada kaum hawa seperti menenun dan berhias.
Dalam pertunjukan tarian yang berdurasi 2 jam, terlihat gerakan-gerakan yang menggambarkan aktivitas tersebut seperti berhias dan menenun.
2. Tidak Ada Patokan Jumlah Penari
Tarian ini bisa ditarikan oleh satu orang atau lebih dari satu orang.
Tidak ada jumlah penari yang ditentukan untuk tarian ini, sehingga dapat dilakukan oleh siapa saja dan tidak terbatas pada jumlah penari yang berpartisipasi.
3. Diiringi Alat Musik, Gendang Dan Suling
Tari Pakarena selalu diiringi oleh alat musik tradisional yaitu gendang dan suling. Musik ini sangat penting dalam tarian ini dan memberikan suasana yang semakin hidup.
Tari Pakarena dimeriahkan oleh alat musik seperti gendang dan suling dengan tempo yang semangat pada saat pertunjukan.
Meskipun musiknya semangat, gerakan dalam tarian ini tetap dilakukan dengan lemah gemulai. Gerakan ini merefleksikan sifat asli wanita Bugis yang sopan, hormat, dan setia terhadap kaum pria.
4. Diawali Dan Diakhiri Dengan Posisi Duduk
Tari Pakarena dimulai dan diakhiri dengan posisi duduk. Gerakan tari tersebut dilakukan dengan memutar mengikuti arah jarum jam yang menandakan siklus kehidupan manusia.
Selanjutnya, dilakukan gerakan naik turun yang menggambarkan cerminan kehidupan yang naik dan turun.
5. Aturan Gerak Tari Yang Unik
Aturan gerak tari yang unik meliputi gerakan yang dilakukan secara lembut dan gemulai.
Penari juga tidak diizinkan untuk membuka mata lebar saat menari dan gerakan kaki tidak boleh terlalu tinggi.
Aturan ini berlaku hingga penampilan tari selesai yang memakan waktu hingga dua jam.
6. Aksesoris Tarian Yang Khas
Tari Pakarena memiliki aksesoris khas yang digunakan oleh para penari, termasuk baju bodo merah, kalung (tokeng), anting (bangkara), ikat pinggang, hiasan kepala, dan karo-karo tedung sebagai pelengkap.
Para penari juga memegang kipas dan memakai sarung sutra yang warnanya senada dengan warna kostum utama. Dulunya, hanya kaum bangsawan yang diizinkan memakai baju bodo merah, sementara masyarakat biasa menggunakan baju bodo berwarna hijau.
7. Tak Hanya Berkembang Di Gowa
Tari Pakarena tidak hanya berkembang di Gowa, tetapi juga di daerah lain seperti Takalar, Jeneponto, dan Bulukumba.
Selain itu, kostum yang digunakan juga semakin beragam dengan motif yang disesuaikan dengan perkembangan zaman.
8. Pertunjukan Tari Dari Pagi-Malam
Pertunjukan Tari Pakarena bisa berlangsung hingga semalam suntuk, terdiri dari tiga babak, dan dimulai pada pukul 20.00 hingga sebelum terbitnya matahari.
Karena itu, penari dan musisi cadangan dibutuhkan untuk memastikan keberhasilan pertunjukan.
Penutup
Demikianlah ulasan mengenai Tari Pakarena, tarian khas dari Sulawesi Selatan yang kaya akan nilai-nilai budaya dan sejarah. Tari ini tidak hanya merupakan bentuk hiburan semata, tapi juga menjadi sarana untuk memperkenalkan kebudayaan Bugis-Makassar ke seluruh dunia. Gerakan tarian yang lembut, gemulai, dan penuh makna dapat menghipnotis siapa saja yang menontonnya.
Melalui perkembangannya, Tari Pakarena semakin populer dan mendapatkan tempat di hati masyarakat Sulawesi Selatan bahkan Indonesia. Kini, tarian ini sudah banyak ditampilkan pada berbagai kesempatan baik dalam skala kecil maupun besar, dari perayaan adat, acara formal, hingga pertunjukan seni.
Terakhir, semoga kita semua dapat terus menjaga kelestarian budaya Indonesia, termasuk Tari Pakarena ini. Dengan begitu, kita dapat terus melestarikan keberagaman budaya yang menjadi kekayaan bangsa Indonesia.
Posting Komentar