Rumah Adat Jawa Timur – Indonesia memiliki kekayaan budaya yang sangat beragam, yang mencerminkan nilai-nilai luhur dan identitas bangsa.
Salah satu ciri khas budaya Indonesia adalah rumah adat yang memiliki nama unik di setiap daerahnya. Misalnya, di Jawa Timur terdapat rumah adat Joglo yang memiliki bentuk limas dan atap megah bergaya gunung.
Filosofi yang mendasari Joglo tidak jauh berbeda dengan rumah adat Joglo di Jawa Tengah, yang memadukan pengaruh Agama Islam, Hindu, dan Budha untuk menciptakan suatu identitas yang mengakar kuat pada bangunan tersebut.
Sejarah Rumah Adat Jawa Timur
Rumah adat Jawa Timur merupakan warisan budaya yang berharga dari masyarakat Jawa Timur. Bentuk dan desain rumah adat Jawa Timur dipengaruhi oleh faktor lingkungan, adat istiadat, dan kepercayaan masyarakat setempat.
Sejarah rumah adat Jawa Timur berasal dari zaman kerajaan-kerajaan di Jawa Timur seperti Majapahit dan Singosari pada abad ke-13 hingga ke-16. Pada masa itu, rumah adat Jawa Timur digunakan sebagai tempat tinggal para bangsawan dan keluarga kerajaan. Rumah adat ini juga memiliki fungsi sebagai tempat berlangsungnya kegiatan budaya dan adat istiadat.
Bentuk rumah adat Jawa Timur pada masa kerajaan Majapahit dan Singosari memiliki gaya arsitektur khas Jawa Timur dengan ciri khas atap berbentuk pelana dan tiang penyangga kayu. Pada masa tersebut, rumah adat Jawa Timur dibangun dengan bahan alami seperti kayu dan bambu dengan teknik bangunan tradisional yang kuat dan tahan lama.
Seiring berjalannya waktu, gaya arsitektur rumah adat Jawa Timur mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan zaman. Pada masa kolonial Belanda, banyak rumah adat Jawa Timur yang dihancurkan dan digantikan dengan bangunan modern. Namun, sejak kemerdekaan Indonesia, upaya pelestarian rumah adat Jawa Timur dilakukan dengan mempertahankan bentuk dan nilai-nilai budaya yang terkandung di dalamnya.
Saat ini, rumah adat Jawa Timur masih dapat ditemukan di berbagai daerah di Jawa Timur seperti di Malang, Surabaya, dan Probolinggo. Rumah adat Jawa Timur menjadi objek wisata budaya yang menarik bagi wisatawan baik lokal maupun internasional. Selain itu, rumah adat Jawa Timur juga menjadi simbol identitas budaya masyarakat Jawa Timur yang kaya dan beragam.
Filosofi Rumah Adat Jawa Timur
Ada banyak jenis rumah adat di Jawa Timur, terutama dengan konsep Joglo yang cenderung berbentuk limasan atau dara gepek. Material utama yang digunakan adalah kayu, khususnya kayu jati, dan rumah Joglo terkenal karena atapnya yang menyerupai gunung, disebut Tajug.
Terdapat makna filosofis dalam banyak aspek bangunan adat, seperti ukuran serambi yang besar untuk menyambut tamu dalam acara adat.
Kayu jati banyak dimanfaatkan sebagai bahan bangunan, namun kayu lain dan anyaman bambu juga digunakan. Beberapa rumah juga menggunakan genteng dari tanah liat dan penutup atap dari anyaman daun kelapa.
Ciri khas rumah adat Jawa Timur adalah ukiran pada pintu yang merupakan lambang kepercayaan masyarakat terhadap leluhur, di mana ukiran tersebut dianggap dapat melindungi dari hal-hal negatif.
Jenis-jenis Rumah Adat Jawa Timur
Meskipun memiliki beberapa kesamaan dengan rumah adat Jawa Tengah, rumah adat Jawa Timur tetap memiliki ciri khas dan nilai filosofis yang berbeda.
Rumah adat di Jawa Timur juga tersebar di berbagai daerah dan terdiri dari beberapa jenis. Berikut beberapa jenis rumah adat yang dapat ditemukan di Jawa Timur.
1. Rumah Joglo Sinom
Rumah Joglo Sinom memiliki bentuk atap yang khas dengan lima bagian atap yang saling bertumpuk. Selain itu, rumah Joglo Sinom juga memiliki tiang-tiang penyangga yang besar dan kuat yang terbuat dari kayu jati. Bangunan rumah Joglo Sinom ini terdiri dari lima bagian yaitu pendapa, pringgitan, dalem, gandhok, dan dapur.
Pendapa adalah ruangan utama di rumah Joglo Sinom yang berfungsi sebagai tempat menyambut tamu dan mengadakan upacara adat. Pringgitan adalah ruangan di belakang pendapa yang digunakan sebagai tempat istirahat dan bertemu keluarga. Dalem adalah ruangan yang lebih privat di rumah Joglo Sinom dan digunakan sebagai tempat tidur keluarga.
Gandhok adalah ruangan kecil yang terletak di sisi dapur dan digunakan untuk menyimpan makanan. Dapur adalah ruangan yang terletak di bagian belakang rumah Joglo Sinom dan digunakan sebagai tempat memasak.
Rumah Joglo Sinom sangat penting sebagai warisan budaya karena merupakan contoh arsitektur rumah adat Jawa yang sangat khas dan memiliki nilai sejarah yang tinggi. Selain itu, rumah Joglo Sinom juga menjadi objek wisata budaya yang menarik bagi wisatawan. Rumah Joglo Sinom juga menjadi contoh bangunan yang ramah lingkungan karena menggunakan bahan-bahan alami seperti kayu jati dan bambu dalam pembangunannya.
2. Rumah Joglo Pangrawit
Rumah Joglo Pangrawit adalah salah satu contoh rumah adat Jawa Timur yang terkenal. Rumah Joglo Pangrawit terletak di Kota Solo, Jawa Tengah. Rumah Joglo Pangrawit merupakan salah satu warisan budaya yang sangat penting bagi masyarakat Jawa Tengah.
Rumah Joglo Pangrawit memiliki bentuk atap yang khas dengan lima bagian atap yang saling bertumpuk. Selain itu, rumah Joglo Pangrawit juga memiliki tiang-tiang penyangga yang besar dan kuat yang terbuat dari kayu jati. Bangunan rumah Joglo Pangrawit ini terdiri dari tiga bagian yaitu pendapa, pringgitan, dan dalem.
Pendapa adalah ruangan utama di rumah Joglo Pangrawit yang berfungsi sebagai tempat menyambut tamu dan mengadakan upacara adat. Pringgitan adalah ruangan di belakang pendapa yang digunakan sebagai tempat istirahat dan bertemu keluarga. Dalem adalah ruangan yang lebih privat di rumah Joglo Pangrawit dan digunakan sebagai tempat tidur keluarga.
Rumah Joglo Pangrawit sangat penting sebagai warisan budaya karena merupakan contoh arsitektur rumah adat Jawa yang sangat khas dan memiliki nilai sejarah yang tinggi. Selain itu, rumah Joglo Pangrawit juga menjadi objek wisata budaya yang menarik bagi wisatawan. Rumah Joglo Pangrawit juga menjadi contoh bangunan yang ramah lingkungan karena menggunakan bahan-bahan alami seperti kayu jati dan bambu dalam pembangunannya.
3. Rumah Joglo Hageng
Rumah Joglo Hageng adalah jenis rumah adat tradisional Jawa yang berasal dari daerah Jawa Timur, Indonesia. Rumah ini memiliki ciri khas atap tinggi berbentuk limas yang menjulang tinggi dan memiliki ornamen-ornamen indah yang melambangkan kekayaan dan kehormatan pemilik rumah.
Rumah Joglo Hageng biasanya terdiri dari beberapa bagian, yaitu pendopo (ruang tamu terbuka), pringgitan (ruang tengah), dan beberapa kamar tidur yang terhubung dengan lorong di sekitarnya. Arsitektur rumah ini sangat memperhatikan fungsi dan tata letak ruangan yang harmonis dengan lingkungan sekitarnya.
Selain itu, Rumah Joglo Hageng juga dikenal karena kerajinan kayu yang sangat indah dan rumit. Ornamen-ornamen pada rumah ini biasanya terbuat dari kayu jati atau kayu cendana dengan ukiran yang sangat halus dan mendetail. Bagian-bagian rumah yang dihiasi dengan ukiran kayu ini biasanya adalah pintu, jendela, tiang, dan langit-langit.
Rumah Joglo Hageng adalah salah satu warisan budaya Indonesia yang sangat berharga dan masih dipertahankan oleh masyarakat setempat hingga saat ini.
4. Rumah Joglo Situbondo
Sumber gambar : rumahpedia.info
Rumah Joglo Situbondo adalah salah satu jenis rumah tradisional Jawa yang berasal dari Situbondo, Jawa Timur, Indonesia. Rumah ini memiliki karakteristik yang sama dengan rumah joglo pada umumnya, yaitu atap limas tinggi dan ornamen-ornamen kayu yang sangat indah dan rumit.
Namun, Rumah Joglo Situbondo memiliki ciri khas tersendiri, yaitu bentuk dan ukuran tiangnya yang sangat besar dan kuat. Tiang-tiang pada rumah ini terbuat dari kayu jati yang sangat besar dan panjang, sehingga memberikan kesan yang sangat kokoh dan indah pada rumah tersebut.
Selain itu, Rumah Joglo Situbondo juga memiliki sistem sirkulasi udara yang sangat baik, sehingga dapat mengurangi panas dan kelembaban di dalam rumah. Hal ini dapat dilihat dari adanya lorong di sekeliling rumah yang menghubungkan setiap kamar dan pendopo, serta jendela-jendela yang terletak pada tempat strategis untuk memberikan sirkulasi udara yang optimal.
Rumah Joglo Situbondo juga memiliki keunikan dalam hal penggunaan warna pada ornamen-ornamennya. Biasanya, rumah ini dihiasi dengan warna-warna yang cerah seperti merah, kuning, hijau, dan biru, yang melambangkan kegembiraan dan semangat hidup.
Rumah Joglo Situbondo merupakan salah satu warisan budaya Indonesia yang sangat berharga, dan masih dipertahankan oleh masyarakat setempat sebagai simbol kekayaan dan kebanggaan daerah mereka.
5. Rumah Joglo Jompongan
Sumber gambar : joglolimasan.com
Rumah Joglo Jompongan adalah jenis rumah tradisional Jawa yang berasal dari Desa Jompongan, Yogyakarta, Indonesia. Rumah ini memiliki ciri khas atap limas yang tinggi dengan ornamen-ornamen kayu yang sangat indah dan rumit.
Salah satu ciri khas dari Rumah Joglo Jompongan adalah bentuk pintunya yang sangat besar dan tinggi. Pintu ini biasanya dihiasi dengan ukiran kayu yang sangat halus dan rumit, serta dilengkapi dengan daun pintu yang besar dan tebal.
Selain itu, Rumah Joglo Jompongan juga memiliki tata letak yang sangat unik. Setiap kamar dan ruangan pada rumah ini saling terhubung dengan lorong yang berliku-liku, sehingga penghuni rumah dapat berjalan-jalan dengan santai dan menikmati keindahan ornamen-ornamen pada setiap ruangan.
Rumah Joglo Jompongan juga dikenal karena penggunaan warna-warna yang cerah dan kontras pada ornamen-ornamennya, seperti warna merah, kuning, hijau, dan biru. Warna-warna ini memberikan kesan yang sangat ceria dan bersemangat pada rumah tersebut.
Rumah Joglo Jompongan merupakan salah satu warisan budaya Indonesia yang sangat berharga dan masih dipertahankan oleh masyarakat setempat sebagai simbol kekayaan dan kebanggaan daerah mereka. Beberapa rumah Joglo Jompongan telah dijadikan sebagai objek wisata yang populer di Yogyakarta karena keindahan dan keunikan arsitekturnya.
6. Rumah Tradisional Osing
Rumah Tradisional Osing adalah jenis rumah adat yang berasal dari suku Osing yang mendiami sebagian wilayah Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, Indonesia. Rumah tradisional ini memiliki ciri khas yang berbeda dengan rumah adat Jawa atau Madura yang lebih dikenal secara umum.
Rumah Tradisional Osing memiliki bentuk atap yang mirip dengan perahu, dengan ujung-ujung atap yang melengkung ke atas. Selain itu, rumah ini dibangun dengan kayu-kayu yang disusun dengan pola-pola tertentu dan diikat dengan anyaman rotan atau tali dari serat daun. Material atap rumah ini terbuat dari daun rumbia atau ilalang yang diikat pada kayu-kayu rangka atap.
Rumah Tradisional Osing juga memiliki ruangan yang disusun dalam beberapa tingkatan dan biasanya terdiri dari ruang depan atau pendapa, dapur, kamar tidur, dan ruang keluarga. Rumah ini juga memiliki ornamen-ornamen kayu yang indah, termasuk ukiran-ukiran yang rumit dan menghiasi bagian depan rumah.
Selain itu, Rumah Tradisional Osing juga memiliki nilai historis dan budaya yang tinggi. Rumah ini sering digunakan sebagai tempat beribadah atau ritual keagamaan suku Osing, dan menjadi salah satu simbol identitas budaya mereka yang unik dan kaya. Beberapa rumah tradisional Osing juga telah dijadikan sebagai objek wisata untuk memperkenalkan keunikan arsitektur dan budaya suku Osing kepada wisatawan lokal dan mancanegara.
7. Rumah Adat Suku Tengger
Rumah Adat Suku Tengger adalah jenis rumah adat yang berasal dari Suku Tengger di wilayah Pegunungan Tengger, Jawa Timur, Indonesia. Rumah adat ini biasanya terbuat dari kayu dengan atap yang terbuat dari alang-alang atau ijuk.
Rumah Adat Suku Tengger memiliki ciri khas atap yang berbentuk seperti kerucut dan bertumpuk beberapa tingkat, disebut dengan "gedek". Setiap tingkat gedek biasanya berisi 9 lapisan jerami yang disusun secara melingkar. Jumlah tingkat gedek menunjukkan status sosial dan ekonomi pemilik rumah. Semakin banyak gedek, maka semakin tinggi status sosial dan ekonomi pemilik rumah.
Rumah Adat Suku Tengger memiliki ruang yang luas dan tinggi, dengan lantai yang terbuat dari kayu. Pintu masuk rumah adat ini terletak di tengah-tengah dinding bagian depan dan memiliki ukiran-ukiran yang khas. Di dalam rumah terdapat beberapa ruangan, seperti ruang tamu, kamar tidur, dapur dan tempat penyimpanan.
Selain sebagai tempat tinggal, Rumah Adat Suku Tengger juga digunakan untuk berbagai upacara adat, seperti upacara pernikahan, upacara kematian, dan upacara keagamaan. Selain itu, rumah adat ini juga menjadi bagian penting dalam kehidupan sosial dan budaya Suku Tengger.
8. Rumah Adat Dhurung
Rumah Dhurung berfungsi sebagai tempat istirahat setelah bekerja di sawah atau ladang, dan bukan sebagai rumah tinggal.
Selain itu, rumah adat ini digunakan untuk bersosialisasi dengan tamu dari desa lain, dan seringkali digunakan untuk mencari pasangan hidup.
Biasanya, Rumah Dhurung dibangun di depan atau samping rumah utama, dan dapat berfungsi sebagai lumbung padi.
Rumah ini juga dilengkapi dengan jebakan tikus yang disebut Jhelepang. Sayangnya, Rumah Dhurung kini sulit ditemukan di Jawa Timur.
9. Limasan Trajumas
Terdiri dari 6 tiang penyangga utama yang disebut saka guru sebagai struktur penopang, Rumah Limasan Trajumas dibagi menjadi 2 bagian, yaitu ruang Sama dan ruang Rong Rongan.
Keunikan rumah ini terlihat pada gabungan antara desain tradisional dan modern, terutama pada adanya gazebo yang terpisah dari bangunan utama.
Meski ukuran gazebo cenderung lebih kecil dari bangunan utama, namun gazebo ini tetap menjadi salah satu bagian menarik dari rumah Limasan Trajumas.
10. Limasan Trajumas Lawakan
Rumah Limasan Trajumas Lawakan merupakan bentuk pengembangan dari Rumah Limasan Trajumas yang memiliki jumlah tiang penyangga lebih banyak, yakni 20 buah.
Seluruh bagian bangunan dibuat dari kayu kuat seperti jati, sonokeling, nangka, dan glugu.
Keunikan Rumah Adat Jawa Timur Dilihat Dari Pembagian Ruangannya
Rumah adat Jawa Timur yang dikenal dengan sebutan Rumah Joglo memiliki keunikan tersendiri dalam bagian-bagian ruangannya yang mencerminkan ciri khas sebagai rumah adat Jawa Timur. Beberapa keunikan tersebut di antaranya sebagai berikut.
1. Pendopo Yang Megah
Pendopo merupakan ciri khas dari rumah adat Jawa Timur yang terletak di bagian depan dengan halaman yang sangat luas.
Pendopo sering digunakan untuk pertemuan warga dalam rangka musyawarah dan diskusi, serta acara adat atau hajatan tertentu.
Dengan fungsi yang beragam, pendopo menjadi wujud terdepan rumah adat Jawa Timur.
Pendopo memiliki ciri khas bangunan yang megah dengan ruangan yang luas tanpa sekat, serta dilengkapi dengan pilar-pilar penyangga di setiap sisi dan sudutnya.
Terdapat empat pilar utama penyangga yang dinamakan saka guru, mewakili keempat arah mata angin. Bentuk pendopo ini berbentuk bujur sangkar dan menggunakan bahan berkualitas tinggi pada bagian atapnya.
2. Pringgitan Sebagai Lorong Masuk
Pringgitan berada di antara pendopo dan omah jero, dan berfungsi sebagai jalan masuk ke dalam rumah. Bentuknya menyerupai serambi berbentuk tiga persegi yang menghadap ke arah pendopo.
Pringgitan menjadi salah satu komponen rumah adat Jawa Timur yang menarik bagi para tamu yang berkunjung, dan sering digunakan sebagai tempat pertunjukan wayang kulit.
3. Emperan Sebagai Teras Untuk Bersantai
Rumah adat Jawa Timur memiliki sebuah teras di depan pendopo yang disebut emperan. Fungsinya tidak hanya sebagai tempat bersantai, tetapi juga digunakan untuk menerima tamu dan kegiatan lainnya.
Emperan biasanya dilengkapi dengan sepasang kursi kayu dan meja, namun lebarnya hanya sekitar 2 meter.
4. Omah Njero Yang Privatif
Rumah dalam atau omah njero adalah bagian khusus di dalam rumah adat Jawa Timur yang digunakan untuk bersantai keluarga.
Selain disebut omah njero, juga bisa disebut omah mburi, dalam ageng, atau hanya omah saja. Karena bersifat privatif, tidak semua tamu diizinkan masuk ke dalam ruangan ini.
Omah njero dilengkapi dengan penyekat atau pembatas antar ruangan berupa papan kayu, bukan dinding.
Penampilannya sangat unik dengan banyak kursi dan atribut lain yang menghiasi ruangan ini. Omah njero juga menjadi akses menuju senthong, kamar khusus.
5. Senthong Kiwa Sebagai Wilayah Ruangan Sebelah Kiri
Senthong merupakan istilah lain yang memiliki arti kamar. Oleh karena itu, senthong kiwa dapat diartikan sebagai beberapa ruangan yang terletak di sebelah kiri.
Senthong kiwa terdiri dari beragam jenis ruangan, seperti kamar tidur, gudang, atau tempat penyimpanan makanan.
Desain dari ruangan-ruangan senthong kiwa lebih menarik karena umumnya dibuat sebagai kamar pribadi.
6. Senthong Tengah Sebagai Wilayah Sakral
Senthong tengah, juga dikenal sebagai pedaringan, krobongan, atau boma, adalah wilayah ruangan yang terletak di bagian dalam rumah.
Terletak jauh dari pringgitan, senthong tengah difungsikan sebagai tempat penyimpanan benda-benda berharga seperti keris, emas, dan barang-barang berharga lainnya.
Senthong dianggap sebagai wilayah sakral dan diberi pencahayaan yang baik pada siang dan malam hari.
Selain itu, di dalamnya terdapat bantal, kasur, cermin, serta sisir rambut yang terbuat dari tanduk.
7. Senthong Tengen Sebagai Wilayah Ruangan Sebelah Kanan
Sama seperti senthong kiri, senthong kanan juga merupakan wilayah ruangan yang terdiri dari berbagai ruangan, namun terletak di sebelah kanan.
Ruangan-ruangan di senthong kanan juga dapat difungsikan sebagai kamar tidur, gudang, atau tempat menyimpan persediaan makanan.
Seperti halnya senthong kiri, senthong kanan juga dirancang dengan sangat indah karena sering digunakan sebagai tempat istirahat.
8. Gandhok Sebagai Gudang
Dalam bahasa modern, gandhok disebut sebagai gudang. Ruangan ini terdiri dari dua bagian, yaitu gandok kiwo (kiri) dan gandok tengen (kanan), yang berada di belakang rumah.
Gudang ini juga didesain dengan unsur-unsur Jawa yang khas, seperti tiang dan atapnya.
Secara umum, gandhok berfungsi sebagai tempat penyimpanan barang atau lumbung untuk menyimpan bahan makanan.
Penutup
Keunikan rumah adat Jawa Timur Joglo terletak pada bentuk bangunannya, bahan pembuatannya, dan bagian-bagian rumah yang sangat mencerminkan unsur kebudayaan Jawa.
Bangunan Rumah Joglo juga memiliki nilai filosofis yang melekat, dan tidak bisa dilepaskan dari sejarah kebudayaan Indonesia yang diwariskan secara turun-temurun.
Posting Komentar